tex



بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ اِھْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَـقِيْمَ صِرَاطَ الَّذِيۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ ۙ غَيۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا الضَّآلِّيۡنَ

Jumat, 08 Maret 2013

BERHALA EMOSI


BAB I
BAGAIMANA EMOSI ITU MUNCUL


Mengenal kata Emosi pikiran orang identik dengan kata marah atau emosi marah. Padahal menurut kajian ilmu jiwa atau psikologi, emosi bukan hanya emosi marah saja. Timbul pertanyaan apakah emosi itu? menurut pakar ahli jiwa bahwa emosi secara sederhana dapat dijelaskan bahwa emosi itu adala SEBUAH PERASAAN.  Dan perasaan itu munculnya dari mana? Apakah dari dalam diri manusia ? ataukah dari luar manusia? Pada buku ini akan mengenal emosi, sebab kemunculannya, jenis-jenis emosi dan manajemen pengendalian emosi. Semuanya itu akan kita bahas menurut kajian dan pandangan islam.

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa emosi adalah sebuah perasaan, dan perasaan itu muncul atas respon kita atas sesuatu kejadian atau peristiwa yang terjadi, baik peritiwa yang berupa audio/suara , visual/gambar, gerak/kinesik atau gabungan ketiganya. Input dari luar  itu direspon dan diproses oleh otak berdasarkan pengalaman atau pengetahuan orang yang bersangkutan lalu hasil respon tadi dikeluarkan menjadi wujud-wujud ekpresi emosi.seperti : marah, benci, sedih, gembira takut dsb.
Jadi kaalu kita kaji dan pernyataan di awal emosi itu muncul dari dalam diri manusia atau luar dir manusai? Ini sebenarnya mudah di jawab, berdasarkan penjelasan diatas bahwa emosi itu muncul karena respon atau atas suatu kejadian atau peristiwa. Maka sudah jelas bahwa emosi muncul dari dalam  diri manusia, memang  faktor pemicu atau penyebabnya dari luar diri manusia. Peristiwa yang berupa objek audio, visual, kinesik atau gabungan ketiganya adalah tidak bermakna. Manusialah yang memberi makna atau nilai itu sendiri, biasanya berupa ekpresi-ekpresi emosi.
Supaya mudah penulis akan memberikan sebuah contoh yang sederhana apakah emosi itu muncul dari dalam diri manusia atau luar diri manusia? Sehingga pembaca dapat menganalisa dan mengkaji apakah pernyataan penulis benar atau tidak?
” Bayangkan ada sedang asyik membaca buku ini di taman kota yang asyik dan nyaman, sambil menikmati kicauan burung, angin bertiup sepoi-sepoi. Anda duduk di bawah pohon rindang. Ditengah taman anda melihat banyak orang berlalu-lalang, banyak orang bercengkrama, ada juga orang tua yang bermain dengan anaknya.
Coba emosi apakah yang anda rasakan? Coba berhenti sejenak membaca buku ini, bayangkalah atau visulisasikan seolah-olah anda mengalaminya sendiri.?
”Cerita kita lanjutkan kembali, tiba-tiba dari kejauhan anda , melihat wanita cantik yang belum anda kenal menghampiri anda, dia berjalan-jalan perlahan kepada and, sekilas anda melihat bahwa gadis itu kulitnya putih, hidungnya mancung dan jilbaba putihnya  yang panjang meliuk-liuk di ditiup angin semakin menambah kecantikannya.”
Sekarang emosi apakah yang anda rasakan ?
” Cerita kita lanjtukan kembali, tanpa anda sadari gadis itu sudah berada di hadapan anda, lalu melemparkan senyum yang sangat manis, jantung anda berdetak sangat kencang dengan gemetar anda pun membalas senyumnya. Tiba-tiba sekoyong-koyong gadis itu meludahi muka anda 3 kali persis di hidung anda”
Sekarang Emosi apakah yang anda rasakan?
” Darah anda mendididih karena sangat marah, anda merasa sangat dilecehkan anda hendak menamparnya, tapi gadis itu malah tersenyum dengan sangat manis dan berkata :” Aku Mencintai Kamu ”. Anda tersentak Kaget tak mampu berkata-kata, dengan terbata-bata anda bertanya :” Kalau kau mencintaiku mengapa kau meludahik”
”Justru Karena aku cinta makanya aku meludahi mu!”
”Aku tak mengerti ucapanmu”
Gadis itu menjawab masih dengan senyumnya yang menawan:” Mungkin kau tidak paham dan tidak tahu bahwa aku sebenarnya berasal dari sebuah suku di daerah terpencil, menurut tradisi dan kebiasaan masyarakat kami bahwa meludahi pasangan sebanyak 3 x  itu bahwa kami sangat hormat dan mencintai dengan sangat dalam>”
Emosi apa yang anda rasakan?
Anda akan merasa heran mengapa emosi anda berpindah-pindah dari suatu emosi ke emosi lainnya secara tiba-tiba mengikuti peristiwa atau kejadian yang kita alami.
Pada peristiwa yang pertama mungkin yang anda rasakan campur aduk antara tenang, nyaman, indah dan damai.
Pada peristiwa yang kedua mungkin yang anda rasakan tertarik, kagum.
Pada peristiwa yang ketiga mungkin muncul emosi cinta dan mungkin anda mengira bahwa cinta anda tidak  bertepuk sebelah tangan, karena gadis itu tersenyum kepada anda.
Tapi sekoyong-koyong ada peristiwa yang keempat gadis itu meludahi anda, anda mungkin marah, kalut, dongkol, heran,  jengkel dsb. Campur aduk menjadi satu. Cinta berubah menjadi benci hanya dalam hitungan detik saja. Anda berpikir dosa apa yang anda lakukan hingga gadis itu begitu membenci anda?
Pada peristiwa kelima mungkin emosi cinta itu muncul kembali,  disertai rasa heran dan lucu atas kebiasaan masyarakat itu dan mungkin anda akan berusaha untuk memakluminya.
Mari kita bahas  sama-sama. Anda heran mengapa rentetan alur peristiwa atau kejadian tadi itu bisa begitu cepatnya mengubah-ubah emosi anda dengan sangat cepatnya bahkan mungkin dalam hitungan detik saja. Seperti sudah dijelaskan sebelumnnya bahwa emosi itu muncul atau respon kita terhadap suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi. Nah respon itu muncul dari pengalaman dan pengetahuan yang terekam dalam memori otak anda sejak dari kecil yang merupakan respon alam bawah sadar anda.
Mengapa penulis berani berkata demikian  karena emosi itu sebenarnya diajarkan baik oleh lingkungan, orang tua yang biasanya sudah mendarah daging dan mengakar kuat.  Jadi emosi itu ajaran budaya bukan ajaran agama, pelajaran yang bisa kita petik dari peritiwa diatas kita ambil contoh emosi marah saja. Marah karena kita diajarkan untuk marah. Contoh meludahi orang itu dianngap sebuah penghinaan, kita menganggap sebuah penghinaan karena budaya kita di indonesia khususnya di sunda itu tanda sebuah penghinaan berat. Tapi bila meludahi muka orang itu dianngap sebuah penghormatan dan tanda cinta yang dalam yang seperti kejadian yang dicontohkan diatas tentu kita akan memakluminya. Budaya itu sudah mengakar kuat dan susah untuk dihilangkannya
Yang bisa ditarik kesimpulan, emosi itu muncul karena beberapa sebab :
1.    Di ajarkan oleh lingkungan dan keluarga. Biasanya nilai-nilai yang dianut oleh keluarga atau budaya atau suatu adat istiadat atau  kepercayaan yang sudah kuat contohnya : Rasa takut hantu/setan yang dimunculkan karena pengajaran tua atau pengajaran lingkungan. Karena terus menerus diajarkan berulang-ulang lama-lama terekam sangat kuat di memori alam bawah sadar.
2.    Pembelajaran dari interaksi lingkungan dan keluarga.  anak secara aktif belajar meniru apa yang sudah dilakukan oleh kedua orang tuanya dan lingkungan sekitarnya. Bagaimana orang tua mengendalikan emosi, mengekpresikan emosi, dan sebagainya. Ini yang sebenarnya  yang sebenarnya yang paling dominan mempengauhi tingkat kecerdasan emosi seorang anak. Tahap-tahap ini biasanya dialami seorang anak sampai anak itu menjelang kedewasaannya.
Untuk orang tua harus menciptakan lingkungan nyaman ditengah keluarga. anak yang diasuh dengan penuh kasih sayang dan perhatian yang Insya Allah bila dewasa nanti akan memiliki kepribadian yang baik dan bisa mengendalikan emosinya.  Benbeda dengan anak yang diasuh dilingkungan keluarga yang tidak nayaman dan penuh tekanan  akan berakibat terguncangnya jiea anak yang mempengaruhi emosionalnya yang bila dewasa nanti akan menjadi pribadi-pribadi yang labil.
3.    Pengalaman.  Ini terjadi bila anak sudah menjadi atau menjelang dewasa. Pengalaman yang baik atau traumatis  di masa ini bisa mengakibatkan  perubahan dan tingkat emosinya. Apabila tekanan emosi berlangsung pada waktu yang lama akan merunbah anak menjadi temperamental, dan lama-lama akan dapat menjadi sebuah kepribadian.

Oleh karena itu kita selaku muslim agama kita adalah islam. Karena agama itu adalah aturan gawe manusia,  yang artinya setiap tindak dan tanduk dan hidup manusia harus sesuai dengan  aturan. Karena agama kita islam dimana gawe atau tindak tanduk kita harus sesuai dengan islam itu tadi, bukan ajaran atau agama budaya. Sekarang kita tinggal pilih mau mengikuti ajaran agama budaya atau ajaran islam, itu terpulang kepada kita masing-masing.
Nah dalam buku ini akan dibahas seluk beluk emosi dan bagaiman cara atau menajemen pengendalian emosi. Buku ini adalah buku praktek dan perlu di amalkan dan perlu latihan terus menerus sehingga kita menjadi ahli dalam manajemen pengendalian emosi kita. Yang Insya Allah akan berguna dalam meningkatkan kualitas ibadah sosial kita. Amin ( kang Tedi )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar